Rabu, 28 April 2010

DEFINISI & JENIS PANTUN

PENGERTIAN PANTUN

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

JENIS PANTUN DAN CONTOHNYA

1. Pantun Adat
Menanam kelapa di pulau Bukum Tinggi
sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah
Ikan berenang didalam lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Bukan lebah sembarang lebah
Lebah bersarang dibuku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja

2. Pantun Agama

Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan puasa
Banyak tuhan perkara tuhan
Tidak semulia Tuhan Yang Esa
Daun terap diatas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
Bunga kenanga diatas kubur
Pucuk sari pandan Jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

3. Pantun Budi

Bunga cina diatas batu
Daunnya lepas kedalam ruang
Adat budaya tidak berlaku
Sebabnya emas budi terbuang
Diantara padi dengan selasih
Yang mana satu tuan luruhkan
Diantara budi dengan kasih
Yang mana satu tuan turutkan
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Sarat perahu muat pinang
Singgah berlabuh di Kuala Daik
Jahat berlaku lagi dikenang
Inikan pula budi yang baik
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Biarlah orang bertanam buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Mari kita menanam budi
Ayam jantan si ayam jalak
Jaguh siantan nama diberi
Rezeki tidak saya tolak
Musuh tidak saya cari
Jikalau kita bertanam padi
Senanglah makan adik-beradik
Jikalau kita bertanam budi
Orang yang jahat menjadi baik
Kalau keladi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balas
Kalau budi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balas

4. Pantun Jenaka

Dimana kuang hendak bertelur
Diatas lata dirongga batu
Dimana tuan hendak tidur
Diatas dada dirongga susu
Elok berjalan kota tua
Kiri kanan berbatang sepat
Elok berbini orang tua
Perut kenyang ajaran dapat
Sakit kaki ditikam jeruju
Jeruju ada didalam paya
Sakit hati memandang susu
Susu ada dalam kebaya
Naik kebukit membeli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh
Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya
Jalan-jalan ke rawa-rawa
Jika capai duduk di pohon palm
Geli hati menahan tawa
Melihat katak memakai helm
Limau purut di tepi rawa,
buah dilanting belum masak
Sakit perut sebab tertawa,
melihat kucing duduk berbedak

5. Pantun Kepahlawanan

Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kamipun muda lagi perkasa
Hang Jebat Hang Kesturi
Budak-budak raja Melaka
Jika hendak jangan dicuri
Mari kita bertentang mata
Kalau orang menjaring ungka
Rebung seiris akan pengukusnya
Kalau arang tercorong kemuka
Ujung keris akan penghapusnya
Redup bintang haripun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang dibumi
 
6. Pantun Kias

Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam digunung ikan dilaut
Dalam belanga bertemu juga
Berburu kepadang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Berapa deras arus sungai
Ditolak pasang balik kehulu
Kayu tempinis dari kuala
Dibawa orang pergi Melaka
Berapa manis bernama nira
Simpan lama menjadi cuka
Disangka nenas ditengah padang
Rupanya urat jawi-jawi
Disangka panas hingga petang
Kiranya hujan tengah hari
7. Pantun Nasihat
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning ditengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata
Ngun Syah Betara Sakti
Panahnya bernama Nila Gandi
Bilanya emas banyak dipeti
Sembarang kerja boleh menjadi
Jalan-jalan ke kota Blitar
jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin pintar
belajarlah dengam tekun
8. Pantun Percintaan
Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta
Limau purut lebat dipangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin ribut dapat ditangkal
Hati yang kasih apa obatnya
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang
Anak kera diatas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
Ikan sepat dimasak berlada
Kutunggu di gulai anak seberang
Jika tak dapat di masa muda
Kutunggu sampai beranak seorang
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Kirim saya sehelai baju
Kalau tuan menjadi burung
Sahaya menjadi ranting kayu.
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Belikan sahaya pisau lipat
Kalau tuan menjadi burung
Sahaya menjadi benang pengikat
Kalau tuan mencari buah
Sahaya pun mencari pandan
Jikalau tuan menjadi nyawa
Sahaya pun menjadi badan.
9. Pantun Peribahasa
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Kehulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
Kerat kerat kayu diladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Berapa berat mata memandang
Barat lagi bahu memikul
Harapkan untung menggamit
Kain dibadan didedahkan
Harapkan guruh dilangit
Air tempayan dicurahkan
Pohon pepaya didalam semak
Pohon manggis sebasar lengan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan
10. Pantun Perpisahan
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati jangan
Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati
Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan
Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
Bunga Cina bunga karangan
Tanamlah rapat tepi perigi
Adik dimana abang gerangan
Bilalah dapat bertemu lagi
Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi
11. Pantun Teka-teki
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?
Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala dibawah ?
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya
Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya ?

Pengertian Sastra

Pengertian Sastra

Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai saastra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai prwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.
Sastra memiliki beberapa jenis:
  • Sastra daerah, yaitu karya sastra yang berkembang di daerah dan diungkapkan dengan menggunakan bahasa daerah.
  • Sastra dunia, yaitu karya sastra milik dunia yang bersifat universal.
  • Sastra kontemporer, yaitu sastra masa kini yang telah meninggalkan ciri-ciri khas pada masa sebelumnya.
  • Sastra modern, yaitu sastra yang telah terpengaruh oleh sastra asing(sastra barat).
Contoh-contoh karya sastra yang sering kita lihat sehari-hari adalah puisi, cerpen, novel, drama, dan banyak lagi. Masing-masing karya sastra tersebut memiliki ciri khas masing-masing dan isinya juga beragam tergantung si pembuat karya sastra tersebut. Bisa saja isinya tentang kehidupan nyata si pengarang ataupun tentang kritik sosial. Walaupun bermacam-macam isinya, asalkan memiliki rasa keindahan, itu sudah dapat disebut karya sastra.

Pengertian puisi

Pengertian puisi

Puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang penyair atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati,dihayati,atau dialaminya.
Cetusan ide yang berasal dari peristiwa atau keadaan itu dikemas oleh seorang penyair kedalam bahasa yang padat dan indah.Pembaca atau penikmatnya lalu merasakannya sebagai sebuah karya tulis yang mengandung keindahan dan pesan".Puisi dapat dinikmati melalui membaca atau mendengarkannya.Dalam bagianini kalian berlatih mendengarkan pembaca puisi,kemudian mengungkapkan tema dan pesan yang dikandungnya.
Kalian diharapkan dapat:
  1. Menemukan daya tarik sebuah puisi
  2. Menemukan pesan yang terkandung dalam puisi
  3. Membuat ilustrasi(gambar)yang relevan dengan jiwa puisi
  • Menemukan daya tarik sebuah puisi
Puisi akan menarik apabila sebuah puisi tersebut ditulis berdasarkan konsep atau peristiwa yang dialami oleh penulis atau orang yang ada disekitar penulis(dimasyarakat).Sebuah puisi akan tertulis berdasarkan pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya.
Contoh:
Aku Ingin
Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat kuucapkan
Kayu dengan api yang menjadikannya aku
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
temukan sendiri ya?!
puisi darikoe...!!!
Tentang Cinta
Kenapa kita menutup mata
ketika kita tidur??
ketika kita menangis??
ketika kita membayangkan suatu hal??
Itu karena hal yangterindah didunia ini tidak terlihat
Kita semua agak aneh dan hidup sendiri juga agak aneh
Dan ketika dia menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita
Kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan yang dinamakan "C!NT@"...
Cinta yang tulus...
Adalah ketika kamu menutup mata dan masih perduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak memperdulikanmudan kamu masih menunggu dengan setia
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata,"Aku turut berbahagia untukmu"
Cinta sejati mengerti ketika kamu berkata,"Aku lupa"
Menunggu selamanya ketika kamu berkata,"Tunggu sebentar"
Tetap tinggal ketika dia melukai hatimu
Mencintai...
Bukanlah bagaimana kamu melupakan melainkan bagaimana kamu bertahan
Bukanlah bagaimana kamu mendengar melainkan bagaimana kamu mengerti
Bukanlah apa yang kamu lihat melainkan apa yang kamu rasa
Bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan bagaimana kamu bertahan
Apabila cinta tidak berhasil
Bebaskan dirimu
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang kealam bebas lagi
Ingatlah Bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangan
Tapi ketika cinta itu mati,kamu tidak perlu mati bersamanya....

Ape ye pengertian pantun???

Ape ye pengertian pantun???

Mesti ramai kawn2 sy di luar sana x tahu ape sebnarnya pengertian pantun..Di sini sy inign memberi pengertian pantun merupakan satu puisi Melayu sejati dan digunakan untuk mengambarkan pelbagai keadaan dan kegunaan seperti melahirkan perasaan sedih, gembira, rindu, berkasih dan memberi nasihat. Pantun juga boleh diguna secara berbalas-balasan di majlis seperti peminangan, perkahwinan dan di dalam rancangan radio. Pantun juga boleh dinyanyikan seperti mana lagu Rasa Sayang, Sri Mersing dan lain-lain. Pantun juga dibaca sebagai mentera dalam sesetengah jampi serapah yang diamalkan oleh pawang dan dukun dalam perubatan traditional.

Senin, 26 April 2010

PENGARTIAN WAWANCARA

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).

Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik sangat tergantung dari hasil wawancara di lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di lapangan, akan menyulitkan wartawan dalam menulis berita. Untuk itu, dalam melakukan wawancara, upayakan mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya di lapangan, khususnya melalui proses wawancara.
Dalam dunia jurnalistik, dikenal beberapa jenis wawancara, antara lain:
1. Wawancara berita (news peg interview) yaitu, wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi atau pandangan narasumber tentang suatu masalah.
2. Wawancara Pribadi (personel interview) yaitu wawancara untuk memperoleh data tentang pribadi dan pemikiran seseorang (narasumber). Berita yang dihasilkan berupa profil narasumber, meliputi identitas pribadi, perjalanan hidupnya dan pandangan-pandangannya mengenai berbagai masalah yang terkait profesinya.
3. Wawancara Ekslusif (exclusive inteview) yaitu wawancara yang dilakukan seseorang wartawan atau lebih (tetapi berasal dari satu media) secara khusus berkaitan masalah tertentu di tempat yang telah disepakati bersama.
4. Wawancara Keliling/Jalanan (man in the street interview) yaitu wawancara yang dilakukan seorang wartawan dengan menghubungi berbagai interview secara terpisah yang satu sama lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis. Misalnya, ada peristiwa kebakaran.

II. KIAT WAWANCARA
Sebagaimana definisi berita, sebenarnya tidak ada kiat yang mutlak untuk melakukan wawancara. Apalagi setiap wartawan punya kiat-kiat tersendiri dalam menemui dan memancing simpati narasumber untuk mau melayani permintaan untuk wawancara.
Namun demikian, ada beberapa hal umum yang perlu menjadi catatan para wartawan sebelum melakukan wawancara.

1. TAHAP PERSIAPAN
Pada dasarnya, seorang wartawan harus siap setiap saat melakukan wawancara dengan orang lain (narasumber), namun untuk sebuah wawancara yang baik diperlukan persiapan yang baik. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain:
a. Fisik.
Sebelum melakukan wawancara, seorang wartawan harus sudah benar-benar sehat secara fisik. Dengan kata lain, kondisi fisiknya benar-benar fit. Fisik yang prima akan mempengaruhi jalannya wawancara maupun hasil yang akan diperoleh dari wawancara tersebut.
b. Mental
Wartawan yang secara mental belum siap untuk melakukan wawancara dengan narasumber berita, akan berakibat fatal terhadap proses wawancara apalagi terhadap hasil yang akan diperoleh. Untuk itu, kesiapan mental sangat diperlukan oleh seorang wartawan.

c. Daftar Pertanyaan
Sebelum terjun ke lapangan melakukan wawancara atau wawancara melalui telepon, wartawan harus memiliki daftar pertanyaan yang akan diajukan. Daftar pertanyaan itu disusun sedemikian rupa, sehingga antara pertanyaan yang satu dengan lainnya memiliki hubungan yang jelas.

d. Buat Janji
Sebelum wawancara, sebaiknya buat dulu janji dengan narasumber sehingga kedua belah pihak sama-sama siap untuk melakukan wawancara.
e. Alat Tulis dan/atau Alat Perekam
Persiapkan alat tulis, seperti pena dan buku catatan. Meski menggunakan alat perekam, alat tulis tetap saja diperlukan terutama untuk menulis nama, gelar dan angka.

II. TAHAP PELAKSANAAN
Setelah melakukan persiapan, tahapan selanjutnya adalah melakukan wawancara. Tahapan ini merupakan tahapan penting yang akan dilalui seorang wartawan. Pada tahapan ini, ada beberapa hal yang mesti dilakukan, antara lain:
a. Datanglah tepat waktu
b. Perhatikan penampilan
c. Perkenalkan diri kepada narasumber (khususnya nama dan media tempat tempat wartawan bekerja)
d. Perkenalkan masalah yang akan ditanyakan, sehingga narasumber tahu alasan dirinya dijadikan narasumber
e. Mulailah dengan pertanyaan ringan (untuk narasumber yang punya banyak waktu) namun to the point (langsung ke persoalan inti) untuk narasumber tertentu.
f. Pertanyaan tidak bersifat interogatif atau terkesan memojokkan narasumber, sehingga menjadikan narasumber seperti terdakwa di persidangan.
g. Hindari pertanyaan yang sifatnya menggurui
h. Dengarkan dengan baik jawaban yang disampaikan narasumber. Boleh menyela apabila narasumber lari dari topik yang dibicarakan
i. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan baru yang muncul dari penjelasan narasumber. Sebab, hal ini senanitasa terjadi dalam setiap wawancara.
j. Setelah seluruh pertanyaan diajukan, jangan lupa memberikan kesempatan kepada narasumber untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin belum ditanyakan.
k. Usai wawancara, sampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber.

Interview atau sering disebut juga wawancara mempunyai definis suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak. Cara pertukaran yang digunakan adalah cara verbal dan nonverbal dan mempunyai tujuan tertentu yang spesifik.
Ada dua macam tipe tujuan interview. Pada konseling untuk mengetahui lebih terkait pada adanya permasalahan dan mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada kualitatif untuk memperoleh data penelitian.
Tujuan ( kedudukan ) wawancara
  • Discovery, yaitu untuk mendapatkan kesadaran baru tentang aspek kualitatif dari suatu masalah
  • Pengukuran psikologis: data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasikan dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjekdan usaha mengatasi masalah tersebut.
  • Pengumpulan data penelitian : informasi dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan atau pemahaman mengenai suatu fenomena. Data dikumpulkan dengancara wawancara karena kuesioner tidak dapat diterapkan pada subjek subjek tertentu, atau ada kekhawatiran responden tidak mengisi kuesioner ataupun tidak mengembalikan kuesioner pada peniliti.
Mengapa menggunakan wawancara ?
  • Karena ingin melengkapi dan menambahkan data yang telah ada, yang diambil dengan metode lain seperti survey, observasi, studi dokumen dsb
  • Karena ingin mengambil data kualitatif tentang suatu fenomena tertentu. Wawancara dapat digunakan sebagai metode pengambilan data
  • Karena situasi tertentu dalam bidang pengukuran ( assessment ) psikologis ketika alat ukur tidak dapat digunakan karena alasan berikut :
    1. Subjek buta huruf
    2. Subjek menolak mengerjakan test tertentu
    3. Topik yang diukur bersifat pribadi, individual dan rahasia
Kapan menggunakan wawancara?
  • Pengukuran psikologis
    Data yang diperoleh dari wawancara akan diinterprestasikan dalam rangka mendapat pemahamanan tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjekdan usaha untuk memecahkan masalah.
  • Pengumpulan data
    Informasi yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang suatu fenomena yang diteliti
    Wawancara menjadi bagian dari penelitian survey ketika alat alat ukur lain seperti kuesioner dianggap tidak mampu mengungkap secara lebih mendalam informasi dari responden
    Informasi bersifat kualitatif , sangat individual serta variatif sehingga jawaban perlu dieksplorasi melalui suatu wawancara
· Suatu kriteria yang vital untuk menilai keefektifan adalah konsep validitas. Hal ini mengacu pada tingkatan anda mengamati, menerima, atau mengukur apa yang anda pikir sedang anda amati, terima, atau ukur. Cara lain untuk memandang validitas adalah dengan bertanya, “Apakah saya benar-benar mendapatkan informasi yang sesuai kenyataan?”. Kadangkala validitasnya rendah karena orang-orang cenderung untuk berbohong, menipu, atau hanya menjawab sebagian saja. Pada saat yang lain validitas terhambat oleh kekurang memadaian teknik-teknik dan kecenderungan-kecenderungan terhadap interpretasi-interpretasi yang bias dari informasi-informasi yang sedang diterima. Maka, ini berarti bahwa semua rintangan komunikasi nyata yang ditemukan dalam wawancara bisa menurunkan akurasi dalam mendapatkan atau memberikan informasi dan, karenanya, mengurangi validitas wawancara. Yang agak berhubungan dengan validitas adalah konsep reliabilitas sebagai sebuah faktor dalam menilai keefektifan. Reliabilitas adalah tingkatan sampai sejauh mana anda akan mendapatkan hasil-hasil yang sama apabila anda atau pewawancara lain hendak melakukan wawancara yang sama dengan orang-orang yang sama pula. Apabila dua orang mewawancarai orang yang sama tentang topik yang sama dan tidak mendapatkan informasi yang konsisten, maka berarti ada yang salah, dan hasil-hasil dari kedua pewawancara tersebut akan dipertanyakan. Sekali lagi, ketidaksesuaian mungkin terjadi karena suatu perubahan yang disengaja oleh orang yang diwawancarai atau karena sejumlah ketidak konsistenan atau kekurang memadaian di pihak si pewawancara.
· Meskipun wawancara pada dasarnya merupakan pertukaran oral, kuesioner dan resume-resume seringkali digunakan di dalam wawancara sebagai pelengkap. Namun, yang lebih penting lagi adalah fakta bahwa situasi empat-mata memungkinkan pesan-pesan visual dan non-verbal menjadi aspek-aspek penting dari wawancara. Hal-hal tersebut jangan sampai diabaikan. Kadang-kadang, pesan-pesan visual ini memperkuat pesan-pesan verbal; pada saat-saat lainnya, mungkin malah bertentangan. Sebagai contoh, seseorang mungkin berkata, “Saya merasa nyaman, terima kasih” namun pada saat yang sama dia meremas-remas sapu tangannya dan dengan gelisah mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

TEORI DAN APRESIASI SASTRA DALAM KONSTRUKSI BAHAN AJAR

                   TEORI DAN APRESIASI SASTRA DALAM KONSTRUKSI BAHAN AJAR

1. Pengantar

Pembelajaran bahasa Indonesia dititikberatkan kepada empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan itu adalah mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Substansi dari keterampilan itu adalah bahasa dan sastra. Jika siswa berlatih keterampilan berbicara, ia memanfaatkan substansi bahasa (kebahasaan) dan sastra (kesastraan). Begitu juga halnya jika berlatih pada keterampilan lain. Oleh karena substansinya ada dua, yakni bahasa dan sastra, pembicaraan dalam pendalaman materi ini juga dibagai dua. Khusus untuk bahan ajar pelatihan ini membahas substansi materi sastra Indonesia. Pemilahan bahasan antara substansi bahasa dengan sastra bukan dimaksudkan untuk membuat garis pemisah antara keduanya. Akan tetapi, pemilahan ini dimaksudkan supaya bahasan substansinya lebih spesifik. Bahasan substansi bahasa dititikberatkan kepada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasan substansi sastra selain untuk penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, juga untuk meningkatkan kemampuan peserta didik mengapresiasi karya sastra. Jadi, orientasi kajian materi sastra ini pada dasarnya adalah mengajak para pendidik untuk melihat kembali sisi-sisi penting dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya dalam pembelajaran. Berdasarkan hal itu, materi sajian bahan ajar diklat ini dipilah atas lima kelompok yakni konsep pembelajaran sastra, teori sastra, genre sastra, apresiasi sastra, dan konstruksi bahan ajar sastra. Dengan keempat kelompok bahan itu, diharapkan tujuan atau kompetensi yang hendak dicapai oleh pendidik dalam diklat itu dapat dicapai. Selain itu, bahan ajar ini dapat menjadi landasan bagi guru bahasa Indonesia untuk mengembangkan diri dan mencari sumber-sumber baru sesuai dengan kebutuhan.

2. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan peserta diklat mampu:
(1) mengungkapkan konsep pembejaran sastra dengan benar dan memberikan rasional atas konsep yang diungkapkan;
(2) mendiskusikan teori-teori sastra yang terkait dengan pembelajaran sastra
2 *)Zulkarnaini, Widyaiswara LPMP Sumbar; HP 0811665077; e-mail: melayuzul@yahoo.com.au blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

(3) mengungkapkan konsep genre sastra
(4) mendiskusikan apresiasi reseptif dan apresiasi produktif dalam pembelajaran sastra
(5) menkonstruksi bahan ajar sastra berdasarkan jenis apresiasi dan teori yang relevan.
3. Pembelajaran Sastra

Karya sastra adalah karya seni yang berbicara tentang masalah hidup dan kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Esten, 1980). Seirama dengan itu (Rusyana, 1982) menyatakan, “Sastra adalah hasil kegiatan kreatif manusia dalam pengungkapan penghayatannya tentang hidup dan kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa.” Dari kedua pendapat itu dapat ditarik makna bahwa karya sastra adalah karya seni, mediumnya (alat penyampainya) adalah bahasa, isinya adalah tentang manusia, bahasannya adalah tentang hidup dan kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan. Dari situ pun dapat dimunculkan pertanyaan, “Apakah peserta didik perlu belajar sastra?” Jika ia, apa hasil akhir yang diharpkan dari pembelajaran ini? Bagaimana pembelajaran itu dilaksanakan? Pembelajaran sastra tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran bahasa. Namun, pembelajaran sastra tidaklah dapat disamakan dengan pembelajaran bahasa. Perbedaan hakiki keduanya terletak pada tujuan akhirnya. Menurut (Oemarjati, 1992), seperti berikut ini. “Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi efektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya (lebih ) tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam, menum-buhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan dan rasa hormatnya terhadap tata nilian – baik dalam konteks individual, maupun social.”
Jika disimak ketiga pendapat di atas, dapat diungkapkan bahwa pembelajaran sastra sangatlah diperlukan. Hal itu bukan saja ada hubungan dengan konsep atau pengertian sastra, tetapi juga ada kaitan dengan tujuan akhir dari pembelajaran sastra. Dewasa ini sama-sama dirasakan, kepekaan manusia terhadap peristiwa-peristiwa di sekitar semakin tipis, kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi semakin berkurang. Apakah ada celah alternatif melalui pembelajaran sastra untuk mengobatai kekurangpekaan itu? 3 *)Zulkarnaini, Widyaiswara LPMP Sumbar; HP 0811665077; e-mail: melayuzul@yahoo.com.au blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
Inilah barangkali yang perlu menjadi bahan renungan sebagai dasar untuk mempersiapkan pembelajaran sastra di kelas. Pembelajaran sastra adalah pembelajaran apresiasi. Menurut Efendi dkk. (1998), “Apreasisi adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh-sungguh. Di dalam mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan.” Pengenalan terhadap karya sastra dapat dilakukan melalui membaca, mendengar, dan menonton. Hal itu tentu dilakukan secara bersungguh-sungguh. Kesungguhan dalam kegiatan tersebut akan bermuara kepada pengenalan secar bertahap dan akhirnta sampai ke tingkat pemahaman. Pemahaman terhadap karya sastra yang dibaca, didengar, atau ditonton akan mengantarkan peserta didik ke tingkat penghayatan. Indikator yang dapat dilihat setelah menghayati karya sastra adalah jika bacaan, dengaran, atau tontonan sedi ia akan ikut sedih, jika gembira ia ikut gembira, begitu seterusnya. Hal itu terjadi seolah-olah ia melihat, mendengar, dan merasakan dari yang dibacanya. Ia benar-benar terlibat dengan karya sastra yang digeluti atau diakrabinya. Setelah menghayati karya sastra, peserta didik akan masuk ke wilayah penikmatan. Pada fase ini ia telah mampu merasakan secara mendalam berbagai keindahan yang didapatkannya di dalam karya sastra. Perasaan itu akan membantunya menemukan nilai-nilai tentang manusia dan kemanusiaan, tentang hidup dan kehidupan yang diungkapkan di dalam karya itu. Menurut Rusyiana (1984:322), “kemampuan mengalami pengalaman pengarang yang tertuang di dalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada pembaca.” Selanjutnya dikatakan, “Kenikmatan itu timbul karena: (1) merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain; (2) bertambah pengalaman sehingga dapat menghadapi kehidupan lebih baik; (3) menikmati sesuatu demi sesuatu itu sendiri, yaitu kenikatan estetis.” Fase terakhir dalam pembelajaran sastra adalan penerapan. Penerapan merupakan ujung dari penikmatan. Oleh karena peserta didik merasakan kenikmatan pengalaman pengarang melalui karyanya, ia mencoba menerapkan nilia-nilai yang ia hayati dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan itu akan menimbulkan perubahan perilaku. Itulah yang diungkapkan oleh Oemarjati (1992), “Dengan sastra mencerdaskan siswa: Memperkaya Pengalaman dan Pengetahuan.” 4 *)Zulkarnaini, Widyaiswara LPMP Sumbar; HP 0811665077; e-mail: melayuzul@yahoo.com.au blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
Hal yang dikmukakan di atas ternyata sangat relevan dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tertuang pada standar isi (Permendiknas Nomor 22/2006) nomor lima dan enam sebagai berikut: (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 4. Teori Sastra Teori sastra umumnya berupaya menjelaskan kepada pembaca perihal karya sastra sebagai karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Yunus:1990). Karya sastra merupakan ekpresi jiwa dan batin penciptanya (Sastrowardoyo:1988). Karya itu muncul sebagai dalam bentuk fisik (bahasa) yang khas. Kekhasan bahasa itu menunjukkan bahwa karya sastra bukanlah komunikasi biasa, melainkan kounikasi yang unik dan dapat menimbulkan multi makna dan penafsiran (A.Teeuw: 1984). Oleh karena itu diperlukan seperangkat teori keilmuan yang mengkaji, membahas, memperkatakan, dan menjelaskan perihal apa, mengapa, dan bagaimana karya sastra itu. Jika disiasati dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khsusunya sastra, teori yang paling menonjol yang dimanfaatkan adalah teori structural. Teori ini melihat sastra sebgaia suatu subjek yang otonom. Sastra sebagai karya otonom terdiri dari dua unsure penting. Kedua unsur itu adalah unsur-unsur yang membangunnya dari luar dan dari dalam. Unsur itulah yang disebut unust ektrinsik dan unusr intrinsik (Esten:1988). Hal itu tertera di dalam dokumen kurikulum sekolah 1975, 1984, 1987,kurikulum 1994, dan standar isi 2006. Jadi, pada dasarnya teori strukturallah yang mewarnai teori sastra yang digunakan untuk pembelajaran di sekolah.
Selain teori struktural, ada sejumlah teori yang ditawarkan oleh para dosen di LPTK, khususnya bahasa dan sastra Indonesia. Teori-teori itu antara lain sosilogi sastra, resepsi sastra, dan psikologi sastra. Teori sosiologi sastra menjelaskan bahwa karya sastra berasal dari kenyataan-kenyataan social yang ada di tengah masyarakat. Kenyataan-kenyataan itu merupakan merupakan realitas objektif yang menjadi tesis dari 5 *)Zulkarnaini, Widyaiswara LPMP Sumbar; HP 0811665077; e-mail: melayuzul@yahoo.com.au blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
sebuah karya sastra. Dari tesis itulah pengarang melahirkan keinginan, harapan, dan cita-citanya. Hal itulah yang kemudian menjadi realitas imajinatif yang dikenal dengan antitesis. Dari tesis dan antitesis itu lahirlah karya sastra sebagai sintesis. Jadi karya satra itu dibangun dari realitas objektif dan realitas imajinatif. Teori resepsi sastra berpendangan bahwa makna karya sastra ditentukan oleh pembacanya. Pembaca memiliki kebebasan untuk memberikan makna atau arti sebuah karya sstra. Setiap orang (pembaca) dapat memberikan makna, arti, dan respon terhadap karya sastra yang dibaca atau dinikmatinya. Makna dan arti karya itu dikaitkan dengan pengalaman batin pembaca, pengalaman hidup pembaca, dari situlah makna dibangun. Dengan demikian terjadilah keberanekaragaman makna dari setiap karya sastra. Teori ini dipolerkan di Indonesia oleh Prof. Umar Yunus, guru besar sastra Melayu Universitas Kebangsaan Malaya tahun 80-an. Prof. Rizanur Gani mengaplikasikan teori itu dalam bukunya “Pembelajaran Sastra, Respon dan Analisis. Teori psikologi sastra berupaya menjelaskan perkembangan psikologis tokoh atau pelaku-pelaku dalam karya sastra. Selain itu juga berupaya menjelaskan hubungan penulisnya secara psikologis dengan karyanya. Hal itu juga ditawarkan oleh para pakar perguruan tinggi. Jadi, teori-teori sastra tersebut pada dasarnya adalah untuk membantu pembaca mengenal, memahami, dan mengapresiasi karya sastra. Dengan teori itu pembaca akan terbantu menikmati karya-karya sastra yang dibacanya. Jika dikaitkan dengan pembelajaran, teori itu membantu guru mengantarkan siswa untuk dapat mengapresiasi karya sastra.

5. Genre Sastra

Menuru Sumardjo dan Saini (1986:13), “Ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya-karya (tulis) lain yang bukan sastra, yaitu sifat khayali (fictionality), adanya nilai-nilai seni (esthetic values), dan adanya cara penggunaan bahasa yang khas (special use of language).”
Sifat khayali karya sastra merupakan akibat dari kenyataan bahwa sastra dicipta dengan daya khayal. Walaupun sastra hendak berbicara tentang kenyataan dan masalah kehidupan yang nyata, karya sastra terlebih dahulu menciptakan dunia khayali sebagai latar 6 *)Zulkarnaini, Widyaiswara LPMP Sumbar; HP 0811665077; e-mail: melayuzul@yahoo.com.au blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com